Senin, 08 Desember 2008

Rasa Bahagia Ternyata Menular

By Republika Contributor

Slogan saat Anda tertawa maka seluruh dunia akan kembali tertawa, terbukti benar. Sebuah penelitian yang dipublikasikan pada British Medical Journal menuturkan, kebahagiaan benar-benar menular. Bahkan dari senyum dari orang asing yang tidak Anda kenal saat berpapasan di jalan."

Kebahagiaan itu layaknya sebuah penyerbuan. Apakah kebahagian yang berasal dari tindakan, pemikiran atau perilaku Anda, juga dari orang-orang yang tidak Anda kenal," ujar Profesor Harvard University dari Fakultas Sosiologi sekaligus penulis penelitian tersebut.Penelitian tersebut merupakan salah satu tanda terhadap kekuatan jaringan sosial yang dilakukan sejak tahun 2003.

Sebelum menyebarnya jaringan sosial di internet seperti Friendster, MySpace dan Facebook. Dia menuturkan, tidak dapat memastikan apakah hal itu bisa berlaku sama secara on-line.Christiakis dan James Fowler dari University of California di San Diego merupakan dua orang pakar dalam mempelajari jaringan sosial. Sebelumnya, mereka menemukan obesitas dan kebiasaan merokok juga menular didalam lingkungan sosial.Untuk penelitian mengenai rasa bahagia tersebut, mereka memberikan pertanyaan kepada orang-orang untuk mengukur kebahagian mereka.
Mereka menemukan, secara mengejutkan rasa bahagia dan tidak bahagia terpisah lebih luas.Orang-orang yang bahagia biasanya berada sebagai pusat jaringan sosial dan memiliki banyak teman yang juga merasa bahagia. Memiliki teman-teman atau saudara yang berada di sekitar meningkatkan kemungkinan orang untuk lebih bahagia. Kebahagiaan akan menyebar sebanyak tiga derajat yaitu dari teman ke teman kemudian ke pada temannya lagi.

Pasangan yang bahagia juga sangat membantu. Tapi, tidak sebanyak kebahagian yang diperoleh dari teman-teman sesama jenis. para ahli berpikir, terutama wanita, memperoleh isyarat emosional dari orang-orang yang mirip dengan dirinya.

Kebahagiaan tampaknya lebih cepat menyebar secara konsisten dibandingkan ketidakbahagiaan. Hal itu menandakan kesedihan jarang sekali mendapatkan tanggapan.
Namun bukan berarti Anda harus meninggalkan teman yang sedang merasa sedih.
"Setiap teman meningkatkan kemungkinan Anda pada pusat sebuah jaringan. Artinya, Anda akan lebih mudah mendapat gelombang kebahagiaan." ujar Fowler.
Merasa bahagia juga dapat menambah keuntungan. Termasuk efek perlindungan yang meningkat dari sistem imun yang memproduksi lebih sedikit hormon stres. Demikian dikatakan Psikolog sekaligus Profesor UniversitY College London yang tidak terkait dengan penelitian tersebut.Masih berdasarkan studi Christakis dan Fowler, membelanjakan uang meningkatkan kebahagiaan lebih rendah dibandingkan Anda berada ditengah-tengah teman yang merasa bahagia.

"Anda dapat menghemat uang Anda. Berada disekitar orang yang bahagia akan lebih baik," pungkas Christakis. (AP/ri)

Source : www.republika.co.id

Tidak ada komentar: