Senin, 27 April 2009

Tertawa Bantu Atasi Diabet

Tertawa dapat membantu penderita diabetes meningkatkan kadar kolesterol, demikian hasil satu studi terbaru.

Menurut Lee Berk dari Loma Linda University, yang memimpin studi itu,pilihan gaya hidup memiliki dampak mencolok dalam kesehatan dan penyakit, dan ini semua adalah pilihan yang ia dan pasien lakukan sebagai tindakan pencegahan dan pengobatan.

Para peneliti membagi 20 pasien diabetes yang beresiko tinggi --semuanya juga menderita darah tinggi dan hyperlipidemia (faktor resiko bagi penyakit pembuluh darah dan jantung)-- menjadi dua kelompok. Kedua kelompok tersebut diberikan obat diabetes standar.

Kelompok L diberi waktu 30 menit untuk menikmati humor yang mereka pilih, sementara Kelompok C --kelompok pemantau-- tidak. Proses itu berlangsung selama satu tahun pengobatan.

Sekitar dua bulan proses pengobatan, semua pasien di kelompok tertawa (Kelompok L) memiliki tingkat hormon epinephrine dan norepinephrine yang lebih rendah, keduanya dipandang sebagai penyebab stres. Stres diketahui sangat mematikan.

Setelah 12 bulan, kolesterol HDL (kolesterol baik) telah naik 26 persen pada Kelompok L, tapi hanya 3 persen di dalam Kelompok C.

Dalam pengukuran lain, protein C-reaktif, penanda radang dan penyakit pembuluh darah, serta jantung, turun 66 persen di dalam kelompok tertawa tapi hanya 26 persen pada kelompok pemantau.

"Dokter terbaik mengerti bahwa ada campur-tangan psikologis hakiki yang ditimbulkan oleh emosi positif, seperti gelak tawa dengan riang-gembira, optimisme, dan harapan," kata Berk.

Kendati demikian, Berk mengatakan, tawa tentu saja dapat menjadi obat yang bagus dan sama berharganya dengan obat diabetes, tapi ia bersikeras bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan guna memastikan apa maksud dari semua hasil itu. [ant/www.hidayatullah.com]



Minggu, 26 April 2009

Melihat Partai Demokrat… Partainya SBY !

oleh : Imansyah

Perolehan suara Partai Demokrat pada PEMILU kali ini benar - benar mencengangkan para pesaingnya. Meningkat sekitar 300 % dari PEMILU sebelumnya tahun 2004. Timbul pertanyaan apakah memang benar bahwa Partai Demokrat telah menjelma menjadi sebuah partai besar dalam peta perpolitikan di tanah air tercinta ini atau ada fenomena yang lain.

Diakui atau tidak, sebenarnya struktur Partai Demokrat belumlah begitu kokoh seperti Partai Golkar atau PDI P dan kader - kader yang ada belumlah semilitan kader - kader yang lain seperti PDI P atau PKS. Lalu apa yang menjadi sebab sebagian besar pemilih pada PEMILU 9 April kemarin menjatuhkan pilihannya pada Demokrat ?

FaKtor SBY adalah jawabannya. Figur SBY yang santun, dengan bahasa tubuh yang enak dilihat merupakan kunci kemenangan Partai Demokrat. Belum lagi peluncuran BLT menjelang Pemilu menambah daya tarik tersendiri khususnya bagi ” wong cilik” untuk menjatuhkan pilihan bagi Partai Demokrat.

Klaim keberhasilan pembangunan, BLT, PNPM Mandiri, iklan sekolah gratis, dll yang begitu gencar di layar kaca menambah keyakinan rakyat bahwa pembangunan di bawah kepemimpinan SBY yang otomatis adalah iconnya Partai Demokrat harus di ” Lanjutkan”. Namun harus diingat pula bahwa sesungguhnya pemerintahan SBY gagal mengurangi angka kemiskinan ditengah2 klaim keberhasilan yang digembor2kan. Ini merupakan hutang dan tantangan SBY serta Partai Demokrat untuk 5 tahun ke depan.

Dibeberapa tempat yang dimenangkan oleh Partai Demokrat para pemilih yang ditanya mengapa memilih Demokrat ? Jawabnya karna SBY, bukan karena memiliki visi misi yang bagus atau karena ideologi partai atau karena kerja keras dari kader2nya. Buktinya banyak yang memilih lambang partai dibandingkan dengan caleg2nya karena sebagian besar memang tidakdikenal masyarakat. Masyarakat tahunya bahwa Partai Demokrai itu adalah Partainya SBY seperti iklan yang sering tampil di media massa baik cetak maupun elektronok. Bisa jadi SBY sendiri jauh lebih besar dari Partai Demokrat.

Apalagi pemilih Partai Demokrat sebagian besar dapat dikategorikan sebagai pemilih “indekos” yang bisa jadi akan berpindah ke partai lain pada Pemilu yang akan datang. Berbeda dengan partai lain semacam Partai Keadilan Sejahtera yang diikat oleh ideologi partai tanpa menonjolkan tokoh. Bagaimana pada tahun 2014 nanti ? Setelah SBY tidak bisa lagi dicalonkan sebagai capres, anggaplah SBY dapat memenangkan Pilpres tahun 2009 ini. Sudah siapkan Partai Demokrat ? Bisa2 Partai Demokrat akan bangkrut ditinggalkan pemilihnya. Kita lihat saja nanti .

Okey, Selamat berjuang Partai Demokrat dan Pak SBY…… “Lanjutkan !” Salam Blogger !

http://www.facebook.com/ext/share.php?sid=91668950241&h=VzMNE&u=1QqVo&ref=mf

Mencermati Masalah DPT

oleh : Imansyah

Carut marutnya masalah DPT pada Pemilu legislatif 9 April kemarin, diakui suka atau tidak suka telah mengurangi kwalitas pesta demokrasi di negara kita tercinta ini. Menganggap persoalan DPT hanya kesalahan administratif belaka merupakan tindakan yang terlampau menyederhanakan suatu masalah.

Masalah DPT bukan hanya masalah administratif belaka, bahkan lebih jauh dari itu. Banyaknya warga negara yang tidak bisa memilih dikarenakan kacaunya DPT merupakan masalah yang serius. Hak politik warga negara yang dijamin oleh Undang - Undang terampas karena kacaunya DPT.

Siapa yang harus bertanggung jawab ? KPU sebagai penyelenggara Pemilu merupakan pihak yang paling bertanggung jawab, kemudian pemerintah lewat Depdagri . Sudah berapa kali presiden di jaman reformasi ini tapi masalah administrasi kependudukan masih kacau balau, sudah berapa besar biaya dikucurkan namun administrasi kependudukan yang handal masih belum bisa diwujudkan.

Tapi sampai hari ini, KPU atau Pemerintah belum sekalipun meminta maaf kepada rakyat yang terampas hak - hak politiknya karena kacaunya DPT ini.

Belum lagi beberapa partai politik coba bermain, mempermasalahkan keabsahan Pemilu ini karena kacaunya DPT . Semakin menambah ruwet, dan semakin tambah menjemukan.

Semoga masalah DPT ini takkan terulang lagi pada Pemilu Pilpres bulan Juli nanti.

http://www.facebook.com/ext/share.php?sid=75953227565&h=qe6OO&u=sz7Ee&ref=mf


Minggu, 05 April 2009

Wajah Sebuah Negeri

oleh Anazkia

Inilah wajah sebuah negeri
Negeri kelahiranku, negeri tercinta
Negeri Indonesia

Yang tiap harinya ada kelaparan
Yang tiap harinya ada kemiskinan
Yang tiap harinya ada penganiayaan
Yang tiap harinya ada pembunuhan Bahkan,
Yang tiap harinya ada korupsi
Yang tiap harinya penipuan terjadi di seluruh pelosok negeri

Dari tukang kuli, sampai orang yang berdasi
Di manakah keberkahan sebuah negeri...???

Awal mendapatkan kartu nama ini, aku sempat juga membuat puisi. Entahlah… Ko rasanya lucu dan cukup menyakitkan saat aku mendapatkannya. Bahkan, saat pertama kali aku mengenal dengan orang ini. Namanya cukup singkat, “Enjen” hanya lima huruf khas nama Sunda. Bekerja di Syarikat Rent car, tour and travel di kawasan Bandara Soekarno-Hatta.

Berawal dari kepulanganku ke Indonesia setelah merantau di Negeri orang. Sebelum pulang, sebetulnya aku sudah cukup khawatir dan takut mengenai pemerasan di Bandara Soekarno-Hatta oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
Dalam ketakutan dan kekhawatiran, akhirnya di beli juga tiket pulang pergi dari Kuala Lumpur ke Bandara Soekarno-Hatta Jakarta.

Pun ketika aku bertanya kepada orang-orang yang telah pulang melewatinya. Mereka banyak yang mengaku kecewa dengan birokrasi yang ada di sana. Dalam kebimbangan dan keragu-raguan akhirnya aku pulang juga ke Negeri kelahiran Indonesia. Negeri yang selama dua tahun aku tidak menjenguknya, Negri yang selama aku merantau hanya aku dengar ceritanya. Berbagai nasihat dan petua sudah aku daptkan, termasuk nasihat dari seorang isteri pekerja ekspatriat.

Akhirnya, selamatlah aku mendarat di Bandara Soekarno-Hatta. Masih dalam ketakutan, jantung berdetak melebihi biasanya. Aku berusaha serileks mungkin. Dengan gaya baju yang seolah-olah seperti pelajar, Nyatanya, aku tetaplah Pahlawan Devisa yang pintu laluannya sudah di sediakan. Terpampang tulisan besar setelah keluar dari pintu imigrasi, “SELAMAT DATANG PAHLAWAN DEVISA.” Sedikit bangga dengan tulisan itu meskipun dalam hati kadang lucu juga, Pahlawan Devisa tak ubahnya seperti Pahlawan Tanda Jasa. Mereka jarang atau bahkan tidaak begitu di hiraukan.

Semuanya berjalan lancar, passport sudah di periksa. Aku berjalan ke arah kanan untuk menuju pintu 3 khusus untuk tenaga kerja yang baru pulang. Kemudia di hantar dengan Bis menuju ke daerah dan kota asal masing-masing. Disinilah semuanya bermula, katanya, sewaktu mendaftar bayar tergantung kepada daerah mana mereka akan tuju. Yang lebih menyedihkan ternyata, setelah mereka sampai di tempat tujuan sopir travel meminta lagi bayaran lebih. Ini tidak hanya menimpa para pekerja rumah tangga, para pekerja Pabrik pun mengalaminya. Dan lagi, para pekerja tidak boleh di jemput oleh keluarganya

Dan malangnya, kaka ipar aku sudah menunggu di luar. Dalam berpikir, ada seorang petugas yang mendekati aku dan mengajaknya berbincang. Petugas ini pake seragam dan aku yakin, dia memang pekerja di Bandara Soekarno-Hatta dan bukan oknum yang seperti aku gambarkan. Dari bebeapa dialog, aku ambil kesimpulan memang keluarga tidak boleh menjemput. Tapi anehnya, dia memanggil seorang lagi yang gayanya kaya Pak Polisi tapi berpakaian biasa.

Di kenalkannyalah aku dengannya. Ngobrol sebentar, terus orang itu meminta nomor hp kakaku. Kalau aku rasa, ini adalah sebuah sindiket, terorganisir dan banyak orang di dalamnya. Terbukti, sudah ada orang lain yang menghubungi kakaku. Aku pun dah syak, kalau mereka akan meminta uang kepada kakaku. Lama aku menunggu terkadang, suaraku agak meninggi ketika bercakap dengan orang oknum tadi. Yang lebih lucu, ketika dia bilang “Mbak ini cerewet amat, tujuan kita mau menyelamatkan mbak.” Aku pun dengan ketus menukas, “Mau menyelamatkan atau menghanyutkan mas…?” Mendengar kata-kataku oknum itu sepertinya terkejut dan aku yakin dia marah. Aku sich, cuek aja.

Lama menunggu, akhirnya tibalah aku keluar dari Bandara tanpa melewati pintu 3. Tapi melewati pintu 2 seperti penumpang yang lainnya bukan melewati pintu para TKI dan ini aku harus bayar mahal. Sebelum beredar, oknum tadi mengingatkan, supaya aku jalan lurus saja dan oknum tadi berada jauh di depanku. Aku semakin syak, ini pasti lewat gak bener bertambahlah kekhawatiran aku. Sebelum beredar dari situ, seorang berseragam biru mencegat oknum tadi, membisikan sesuatu. Terjadi negosiasi akhrinya, oknum tadi mengeluarkan dompetnya dan selembar uang di hulurka kepada orang berseragam biru.

Aku berjalan dengan perasaan takut dan was-was. Oknum tadi berjalan jauh di depan. Tiba-tiba seorang berseragam biru mencegatku. Wah tambah deg-degan aku. Dari jauh, oknum tadi memberi isyarat kepada orang berseragam biru. Kemudian, dibiarkannya aku berlalu tanpa sembarang pertanyaan dan pemeriksaan. Sebelum keluar dari situ, ada dua orang yang menjemput ku untuk membawaku ke atas. Dan di depan lift kakaku sudah menunggu. Di bawanya aku terburu-buru. Sebelum menaiki taksi, terjadi lagi adegan salaman yang meberi arti, aku rasa mereka memberikan uang. AKu lihat tukang sapu di Bandara, sepertinya dia sudah faham dengan apa yang berlaku.

Naiklah aku bersama dengan kakaku ke taksi. Sebauh taksi Bandara, cantik mobilnya APV. Tidak lama kemudian taksi pun jalan, di sebelah sopir duduk seorang lagi yang aku tidak kenal. Setelah lama berjalan, nyatanya kita hanya di ajak keliling Bandara. Kemudian balik lagi ke tempat semula. Ah, sungguh ironis! Ternyata mereka bekerja sama untuk mengaut uang para TKI yang baru pulang.

Kita saling bertekak, aku marah. Yang herannya, kaka ipar aku nih nyantai aja. Dia nih emang low profile abis. Kalau mau keluar dari Bandara ini, kita harus bayar Rp.250.000. Waduh, pelik bin ajaib asli mahal banget fikir aku. Aku tanya ke kakaku, berapa tadi dia kasih uang ke oknum tadi. Nyatanya, sudah Rp.700.000 dia berikan kepada oknum tadi. Aku semakin kesal. Untuk meluahkan kekesalan aku, aku pun bertepuk tangan dan berkata, “Horeee….. Aku kena tipu…” Tak ayal, mereka semakin marah agaknya. Dari pada ribut, akhirnya aku putusin, “dah Pak, anterin kita ke Kalideres.”

Akhirnya berjalanlah taksi menuju ke Kalideres. Orang yang duduk di sebelah sopir tadi turun. Masih dengan nada suara yang tinggi dan aku rasa dia marah, Pak sopir bercerita kalau dia tidak tahu apa-apa. Dia hanya tahu bawa saja. Dalam hati, “gue kaga percaya tuh…” Tapi, aku menenangkan diri, mencoba bersabar, siapa tahu dari sini aku bisa korek, kemana aja duit aku tadi…???

Lama kelamaan, Pak sopir itu bersikap biasa. Aku dan kakaku pun ngobrol seperti biasa. Tidak adalagi nada marah dan kecewa. Akhirnya, aku mempunyai celah untuk bertanya tentang cerita di Bandara.
“Pak, aku ikhlasin gak yah uang aku yang tadi?”
“Yah, saya mah gak tahu. Itu mah tergantung eneng.”
“Uang yang tadi itu, kemana aja yah pak…???”
“Yah buat mereka-mereka lah neng. Kalau di ikutkan, tiap orang gak dapet banyak. Karena di bagi banyak orang.” Wah, satu ilmu nih, dalam hati aku. Ternyata ini kerja orang-orang yang gak bertanggung jawab. Memeras duit orang, tanpa memeras keringfat sendiri. Hanya memeras otak, gimana caranya nipu orang. Walah… Moga aja yang mereka makan mendapat keberkahan dari Allah.
“Neng, kalau TKI pulang memang gak bisa di jemput. Meskipun eneng punya kenalan orang dalam aturannya tetap begitu. Sejak keputusan Presidan melarang anggota keluarga menjemput TKI.” Pak Sopir berusaha menjelaskan. “Tadi neng di minta berapa?”
“Tujuh ratus ribu Pak…”
“Itu di kira murah neng, kadang ada lebih mahal.” Ujarnya. Aih, kasihan amat yah nasib Pahlawan Devisa nih…

Mobil terus berjalan menerobos kesesakan lalu lintas. Meninggalkan Bandara Soekarno-Hatta yang mengoreskan sedikit luka di hati kecilku. Ah, kenapa setelah di Negeri sendiri aku justeru harus di tipu?. Kenapa di saat memasuki Negara sendiri aku harus mengeluarkan beribu-ribu. Duhai Allah, inilah wajah bangsaku…??? Di mana wajah dan gambaran sebuah negeri yang loh jinawi..??? di mana cerita nenek moyang kita yang sopan antun dan menghargai…??? Negeriku sudah berwarna-warni. Dicampuri tidak hanya oleh asap polutan dan kekotoran tapi di warnai juga oleh sifat dan kekotoran manusianya. Wahai Allah… adakah keberkahan di Negeri ini…???

Berbagai soalan bermunculan di benakku. Pak Sopir masih bercerita, katanya pernah juga ada TKW dari Lampung yang menangis sampai terguling-guling di Bandara. Entahlah… aku pun heran dengan para oknum. Mungkin, mereka menyangka para TKW yang baru pulang itu banyak uangnya. Hakikatnya, tidak seperti itu. Ada yang pulang dengan hanya membawa uang beberapa juta saja. Uang mereka sudah di kirimkan tiap bulannya.
Di tengah-tengah perjalanan Pak Sopir menghulurkan kartu namanya. Aku terima aja. Aku simpan, siapa tahu aku ke Bandara lagi. Kalideres semakin dekat, kami pun semakin akrab dengan Pak Sopir. Tapi, kami meminta di turunkan di Kebon Nanas.

Sampailah kami di Kebon nanas. Pak Sopir menepikan mobilnya. Aku memberikan sekeping coklat Cadbury kepada kakaku, untuk Pak Sopir. Kakaku menghulurkannya ke depan. Pak Sopir begitu berterimakasih. Sementara kakaku turun mencari bis, Aku menunggu di dalam mobil. Selesai parkir Pak Sopir berucap,
“Neng, jangan nyangka Bapak nipu yah. Bapak juga nyari uang untuk keluarga. Bapak mah kerja aja. Gak tahu apa.” Ujarnya. Aku tidak menyangka Pak Sopir akan berkata demikian.
“Iya pak, saya faham.” Sedih dan terharu mendengar kata-katanya. Kalaulah birokrasi di Negara kita berjalan dengan sempurna, tentunya tidak adalagi keragu-raguan dalam bekerja. Aku rasa, Pak Sopir mungkin tidak enak hati dengan apa yang berlaku. Dan aku yakin, dia orang yang baik.

Bis jurusan Merak sudah datang. Aku pun turun dari mobil tak lupa ucapan maaf dan terimakasih aku ucapkan kepada Pak Sopir. Kakaku bersalam dengan Pak Sopir. Kami pun menaiki Bis jurusan Merak. Teringat kata pakar motivasi favoritku, “orang jahat, tidak akan berbuat jahat kepada orang jahat, tentunya dia akan mencari orang baik sebagai korbannya.” Alhamdulilah, Terimakasih Ya Allah… Engkau telah selamatkan aku. Sesungguhnya, dari Engkaulah datangnya semua kebaikan. Dan segala keburukan itu datangnya dari aku, manusia yang lemah.

Source : http://www.eramuslim.com/oase-iman/wajah-sebuah-negeri.htm