Sabtu, 02 Agustus 2008

SELAMAT BERLOMBA CALON – CALON PEMIMPINKU !

Oleh : Imansyah

Telah diterimanya berkas yang memenuhi syarat – syarat menurut ketentuan yang berlaku dari 7 ( tujuh ) pasang calon Walikota dan Wakil Walikota Pontianak oleh KPU Kota Pontianak membuat kita gembira sekaligus khawatir.Tujuh pasang calon yang akan meramaikan Pilwako Pontanak 2008. Gembira karena begitu banyaknya warga kota Pontianak yang ingin mendarma baktikan dirinya membangun dan membenahi kota tercita ini dengan mengemban amanah sebagai pemimpin kota ( Walikota dan Wakil Walikota ). Khawatir karena begitu banyaknya orang yang ingin berlomba-lomba menjadi pemimpin kota tercinta ini. Gejala apa ini ? Karena bukankah menjadi pemimpin kota ini berarti mengemban amanah yang amat besar. Sudah siapkah calon pemimpin ini mengemban amanah tersebut ? Sudah siapkah calon pemimpin ini menjadi pelayan masyarakat kota Pontianak ini ? Bukannya menjadi penguasa yang minta dilayani.

Calon pemimpin ataupun pemimpin seperti pasangan Walikota dan Wakil Walikota biasanya melewati beberapa proses yang tidak mudah dalam kepemimpinannya.

Proses Bicara
Pada Proses Bicara ini biasanya seorang calon pemimpin berusaha membentuk opini publik bahwa dirinya memang layak menjadi pemimpin. Pencitraan diri melalui balaiho – balaiho di jalan – jalan yang strategis, menampilkan diri di iklan – iklan media massa, tampil di acara – acara sosial kemasyarakatan, berusaha memasarkan program – program yang akan dijalankan, dan lain sebagainya. Yang semuanya sah – sah saja di alam demokrasi seperti saat ini. Yang menjadi sangat naïf apabila calon pemimpin kita bicara tentang kemiskinan di hotel berbintang dengan memakai kendaraan super mewah, bicara tentang gizi buruk dan kelaparan sambil menyantap roti berkeju atau makanan lezat di restoran luks, bicara tetang pasar tradisional yang kumuh namun sebelumnya jarang bahkan hampir tak pernah menginjakkan kaki di pasar tradisional tersebut ditengah – tengah kebiasaan shopping di mal – mal terkenal di ibu kota hingga sampai ke luar negeri, dan lain sebagainya. Pada proses bicara ini biasanya tak hanya bicara dengan bahasa verbal semata namun bahasa tubuh serta senyum simpati akan mampu membuat figur tersebut seakan – akan merupakan calon ataupun pemimpin yang memiliki empati. Dari Proses Bicara rakyat akan dapat menilai mana calon pemimpin yang bicara benar dan berkwalitas, bicara benar dan tidak berkwalitas, bicara tidak benar dan tidak berkwalitas bahkan mungkin bicara benar – benar berkwalitas atau bicara benar – benar tidak berkwalitas. Penyampaian jargon – jargon politik serta retorika – retorika ataupun janji – janji manis saja mungkin tidak akan banyak pengaruhnya saat ini ditengah- tengah makin terpuruknya kehidupan masyarakat tanpa mampu memberikan solusi yang tepat. Bisa – bisa malah akan mendapat gelar bicara asal, asal bicara, atau malah bicara asal – asalan.Masyarakat malah mungkin akan menantang calon pemimpin untuk menandatangani kontrak politik, untuk menilai sejauh mana keseriusan sang calon terhadap apa – apa yang telah dilontarkan, sejauh mana keberpihakan sang calon terhadap wong cilik , kaum yang selalu terpinggirkan. Mana calon pemimpin yang berani, ragu – ragu, malah takut dan tak berani ambil resiko. Dari hasil proses bicara ini biasanya akan terlihat mana calon pemimpin yang layak dipilih oleh masyarakat. Tentu saja track record sang calon sangat berpengaruh terhadap kesuksesan dalam Proses Bicara ini.

Proses Berbuat
Setelah sang calon mampu menyakinkan pemilihnya dan akhirnya terpilih sebagai pemimpin maka dia telah memasuki proses berbuat atau bertindak. Suatu proses dimana dia harus mampu membuktikan atau merealisasikan apa – apa yang telah dijanjikan pada saat Proses Bicara. Kemampuan membuat strategi bidang apa saja yang menjadi skala prioritas serta kemampuan untuk memilih orang – orang yang tepat untuk membantu terealisasinya apa – apa yang telah disebutkan dalam Proses Bicara sangat menentukan sekali keberhasilan dalam ProsesBerbuat ini. Banyak pemimpin yang gagal memenuhi janjinya pada saat kampanye ( Proses Bicara ) karena ketidak mampuannya menjalankan roda kepemimpinan. Terlalu muluk bicara namun tak bisa berbuat apa – apa sewaktu berkuasa. Ataupun ketidak jeliannya menempatkan orang – orang yang tepat untuk membantunya dalam Proses Berbuat. Bukankah Rasullah SAW sudah mengingatkan dalam hadistnya ,” Apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya tunggulah kehancurannya.” Pemimpin yang baik harus mampu memilih orang – orang yang sesuai dengan keahliannya di tempat yang memang layak untuknya (the right man on the right place ). Bukannya berdasarkan karena kedekatan, segolongan, ataupun yang lainnya.

Proses Bertanggung Jawab
Selanjutnya setelah Proses Bicara dan Berbuat, seseorang dituntut untuk mempertanggung jawabkan apa yang telah diperbuatnya. Pertanggung jawaban ini bisa berbentuk pertanggung jawaban politik, moral, bahkan pertanggung jawaban secara hukum. Mungkin akan adanya pujian, kritikan, catatan – catatan, malah bisa jadi akan adanya hujatan – hujatan pada proses ini. Maraknya berita – berita tentang ditangkapnya sejumlah pemimpin kita apakah di bidang eksekutif, legislatif bahkan yudikatif oleh aparat penegak hukum maupun KPK menunjukkan ketidak mampuan untuk bertanggung jawab terhadap apa – apa yang telah diperbuat sehubungan dengan amanah yang diembankan kepada pemimpin – pemimpin tersebut. Proses Bertanggung Jawab merupakan konsekwensi terhadap Proses Bicara dan Proses Berbuat yang telah dilalui sebelumnya.

Proses Mengevaluasi Diri
Pada proses ini dituntut untuk mampu menginstropeksi diri, dituntut untuk mampu menelaah apa – apa yang telah dilaksanakan, mampu melihat dengan jernih segala macam kekurangan – kekurangan serta mungkin kelebihan – kelebihan pada diri sendiri. Peran pihak luar yang independen sangat diperlukan pada Proses Mengevaluasi Diri sehingga diharapkan adanya penilaian yang obyektif bukanya Laporan Asal Bapak Senang .

Proses Perencanaan Ke Depan
Setelah Proses Mengevaluasi Diri akan terlihat apa-apa yang masih bisa dipertahankan, apa-apa yang harus segera ditinggalkan, apa- apa yang harus ditingkatkan , dan lain sebagainya. Maka hasil dari evaluasi adalah kemampuan untuk perencanaan ke depan. Perencanaan untuk berbuat yang lebih baik dari sebelumnya. Semangat untuk berbuat yang lebih baik di masa depan dengan diimbangi dengan perencanaan yang tepat dan matang. Pemimpin yang visioner yang mampu berimproviasi serta berinovasi biasanya mampu melaksanakan Proses Perencanaan Ke Depan dengan baik.

Rasulullah SAW dalam salah satu hadistnya ,” Orang yang hari ini lebih baik dari kemarin adalah orang yang beruntung, orang yang hari ini sama dengan kemarin adalah orang yang merugi, dan orang yang hari ini lebih jelek dari kemarin adalah orang yang celaka.” Bagaimana Calon – Calon Pemimpinku ? Siapkah Anda membawa Kota Pontianak ini menjadi lebih baik ? Siapkah Anda menjadikan kami sebagai warga kota yang beruntung, bukannya menjadi warga kota yang merugi bahkan warga kota yang celaka. Kami menunggu jawabmu. Selamat Berlomba Calon – Calon Pemimpinku !
( Penulis merupakan warga kota Pontianak yang sedang menempuh pendidikan di Sekolah Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta )

2 komentar:

Hendra Ptk mengatakan...

KOk fotonya gak ada Om..??

Lebih BAik ada foto2 calon2 pemimpinku..!!

Salam dari Mabes pu.. he!!

Unknown mengatakan...

Wah.. menarik sekali komentar dari Bang Iman neehhh.. kapan pulang ke pontianak neeh bang ? Ayo Dunk bang.. bangun kota tercinta ini... Saya berharap calon - calon walikota dan wako melihat Tulisan Bang Iman neehh.. Spertinya Bang Iman bisa menjadi komentator tuk pilkado kita neehh... Gimana Bang Iman ? Masih ngurus meriam keh di Kampong Kemboje tuh ? he..he...